Download https://www.academia.edu/34840628/Problem_Based_Learning_pdf
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebuah pendidikan merupakan sarana yang
diciptakan untuk membentuk manusia yang utuh. Tentunya sasaran dari pendidikan
ini adalah manusia. Pendidikan bermaksud menumbuh kembangkan potensi-potensi
kemanusiaannya. Potensi kemanusiaan merupakan benih untuk menjadi manusia
(Tirtarahardja, 2005). Pendidikan selalu mengalami perkembangan, seiring dengan
perkembangan sosial-budaya dan perkembangan IPTEK. Perkembangan pendidikan itu,
mengakibatkan terbentuknya pemikiranpemikiran yang membawa pembaharuan
pendidikan kepada suatu hal baru yang berhubungan dengan pengembangan
pendidikan.
Menurut S. Wojowasito, Santoso S.
Hamijoyo dalam Sa’ud (2010), kata “innovation” dalam bahasa Inggris, sering
diterjemahkan sebagai suatu hal yang baru atau pembaharuan. Sedangkan kata “inovasi” dalam bahasa Indonesia
terkadang diartikan untuk menyatakan sebuah hasil penemuan baru. Begitu pula
menurut Rogers dan Shoemaker mengartikan inovasi sebagai ideide baru,
praktik-praktik baru, atau objek-objek yang dapat dirasakan sebagai sesuatu
yang baru oleh individu atau masyarakat. Berdasarkan batasan dan penjelasan
Rogers tersebut, dapat dikatakan bahwa munculnya inovasi karena adanya
permasalahan yang harus diatasi, dan upaya mengatasi permasalahan tersebut
melalui inovasi.
Berbagai macam inovasi yang telah
dilakukan dalam dunia pendidikan diantaranya adalah hadirnya berbagai model
pembelajaran yang memang dirancang dengan melihat kondisi perkembangan peserta didik
dari waktu ke waktu. Salah satu contoh model pembelajaran yang telah dikenal
dalam proses belajar pembelajaran adalah model pembelajaran berbasis
masalah.
Model pembelajaran berbasis masalah
merupakan inovasi dalam pembelajaran karena pada model ini kemampuan berpkir
siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang
sistematis, sehingga siswa dapat memperdayakan, mengasah, menguji, dan
mengembangkan kemampuan berpikirnya sacara berkesinambungan. Akan tetapi, pada
kenyataannya, tidak semua pendidik memahami konsep dari model pembelajaran
berbasis masalah. Mungkin disebabkan oleh kurangnya keinginan dan motivasi
untuk meningkatkan kualitas keilmuan maupun karena kurangnya dukungan sistem
untuk meningkatkan kualitas keilmuan tenaga pendidik.
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu
kiranya ada bahan kajian yang mendalam tentang apa dan bagaimana model
pembelajaran berbasis masalah ini untuk selanjutnya diterapkan dalam sebuah
proses pemebelajaran sehingga dapat memberi masukan, khususnya kapada para guru
tentang model ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang di
atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan pokok yang akan dijadikan
bahan kajian dalam karya tulis secara lebih lanjut, diantaranya adalah:
1. Apa yang dimaksud dangan model pembelajaran berbasis
masalah (problem based learning)?
2. Apakah alasan digunakanya model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning)?
3. Bagaimana karakteristik dari model pembelajaran berbasis masalah
(problem based learning)?
4. Teori-teori apa sajakah yang melandasi model pembelajaran
berbasis masalah (problem based learning)?
5. Apa keunggulan dan kelemahan model pembelajaran berbasis masalah
(problem based learning)?
6. Bagaimana sintaks model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning)?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas,
adapun tujuan yang ingin dicapai dalam karya tulis ini adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan pengertian model pembelajaran berbasis
masalah (problem based learning).
2. Mendeskripsikan alasan digunakanya model pembelajaran berbasis
masalah (problem based learning).
3. Mendeskripsikan karakteristik dari model pembelajaran berbasis
masalah (problem based learning).
4. Mendeskripsikan teori-teori yang melandasi model pembelajaran
berbasis masalah (problem based learning).
5. Mendeskripsikan keunggulan dan kelemahan model pembelajaran
berbasis masalah (problem based learning).
6. Mendeskripsikan sintaks model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning).
D. Manfaat Penulisan
Manfaat yang ingin dicapai
dalam karya tulis ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa memahami pengertian model pembelajaran berbasis
masalah (problem based learning).
2. Mahasiswa memahami alasan digunakanya model pembelajaran
berbasis masalah (problem based learning).
3. Mahasiswa memahami karakteristik dari model pembelajaran
berbasis masalah (problem based learning).
4. Mahasiswa memahami teori-teori yang melandasi model pembelajaran
berbasis masalah (problem based learning).
5. Mahasiswa memahami keunggulan dan kelemahan model pembelajaran
berbasis masalah (problem based learning).
6. Mahasiswa memahami sintaks model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning).
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Model Pembelajan Berbasis Masalah
Model problem based learning atau pembelajaran berbasis masalah menurut
Arends dalam Rokhanah, dkk. (2008), adalah model mengajar dengan fokus
pemecahan masalah yang nyata, proses dimana peserta didik melaksanakan kerja
kelompok, umpan balik, diskusi, yang dapat berfungsi sebagai batu loncatan
untuk investigasi dan penyelidikan dan laporan akhir. Dengan demikian peserta
didik didorong untuk lebih aktif terlibat dalam materi pelajaran dan
mengembangkan keterampilan berpikir kritis.
Pada pembelajaran berbasis masalah ini,
siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya sendiri. Pembelajaran
berbasis masalah dirancang terutama untuk membantu siswa untuk mengembangkan
keterampilan berfikir, keterampilan menyelesaikan masalah dan keterampilan
intelektualnya, mempelajari peran-peran orang dewasa dengan mengalaminya
melalui berbagai situasi nyata atau situasi yang disimulasikan.
Pembelajaran berbasis masalah merupakan
model pembelajaran yang berorientasi pada kerangka kerja teoritik
konstruktivisme. Dalam model pembelajaran berbasis masalah, fokus pembelajaran
ada pada masalah yang dipilih sehingga siswa tidak saja mempelajari
konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah tetapi juga metode ilmiah untuk
memecahkan masalah tersebut. Oleh sebab itu, siswa tidak saja harus memahami
konsep yang relevan dengan masalah yang menjadi pusat perhatian tetapi juga
memperoleh pengalaman belajar yang berhubungan dengan ketrampilan menerapkan
metode ilmiah dalam pemecahan masalah dan menumbuhkan pola berpikir
kritis.
Dari paparan tersebut dapat diketahui
bahwa penerapan pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran dapat
mendorong siswa mempunyai inisiatif untuk belajar secara mandiri. Pengalaman
ini sangat diperlukan dalam kehidupan seharihari dimana berkembangnya pola
pikir dan pola kerja seseorang bergantung pada bagaimana dia membelajarkan
dirinya.
B. Alasan Menggunakan Model Pembelajan Berbasis Masalah
Adapun alasan dalam penggunaan problem based learning menurut Amardani
(2009), adalah:
1. Problem based learning
membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan
masalah.
2. Dengan digunakanya problem
based learning, siswa dapat belajar peranan orang dewasa yang autentik.
3. Problem based learning
menjadikan siswa berusaha berpikir kritis dan mampu mengembangkan kemampuan
analisisnya serta menjadi pembelajar yang mandiri.
4. Problem based learning
memberikan dorongan kepada peserta didik untuk tidak hanya sekedar berpikir
sesuai yang bersifat konkret tetapi lebih dari itu berpikir terhadap ide-ide
yang abstrak dan kompleks.
C. Karakteristik Model Pembelajan Berbasis Masalah
Karakteristik lain dari pembelajaran
berbasis masalah meliputi pengajuan pertanyaan terhadap masalah, fokus pada
keterkaitan antar disiplin, penyelidikan authentik, kerja sama, dan
menghasilkan produk atau karya yang harus dipamerkan. Pembelajaran berbasis
masalah merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk
melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk
menghadapi segala sesuatu yang baru
dan kompleksitas yang ada.
Karakterisktik pembelajaran berbasis
masalah menurut Tan dalam Amir (2003), adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran dimulai dengan pemberian masalah.
2. Masalah memiliki konteks dengan dunia nyata.
3. Peserta didik secara berkelompok aktif merumuskan masalah dan
mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan mereka.
4. Peserta didik mempelajari sendiri materi yang terkait dengan
masalah.
5. Pendidik lebih banyak memfasilitasi dan merancang sebuah
skenario
masalah.
6. Pendidik memberikan indikasi-indikasi tentang sumber bacaan
tambahan dan berbagai arahan yang diperlukan peserta didik saat menjalankan
proses.
Pembelajaran Berbasis Masalah tergantung dari tujuan yang ingin dicapai
apakah berkaitan dengan: 1) Penguasaan isi pengetahuan yang bersifat
multidiscipline, 2) Penguasaan
keterampilan proses dan disiplin heuristic, 3) Belajar ketrampilan pemecahan
masalah, 4) Belajar ketrampilan kolaboratif, 5) Belajar ketrampilan kehidupan
yang lebih luas.
D. Teori Belajar yang Melandasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Ada beberapa teori belajar yang
melandasi model pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut (Rusman dalam Tamsayani, 2010):
1. Teori Belajar Konstruktivisme
Dari segi pedagogis, model pembelajaran
berbasis masalah (problem based learning)
didasarkan pada teori konstruktivisme dengan ciri :
a. Pemahaman diperoleh dari interaksi dengan skenario permasalahan
dan lingkungan belajar.
b. Pergulatan dengan masalah dan proses inquiry masalah menciptakan
disonansi kognitif yang menstimulasi belajar.
c. Pengetahuan terjadi melalui proses kolaborasi negoisasi sosial
dan evaluasi terhadap keberadaan sebuah sudut pandang.
2. Teori Belajar dari Piaget
Piaget menegaskan bahwa anak memiliki
rasa ingin tahu bawaan dan secara terus menerus berusaha ingin memahami dunia
di sekitarnya. Rasa ingin tahu ini, menurut Piaget dapat memotivasi mereka
untuk secara aktif membangun tampilan dalam otak mereka mengenai lingkungan
yang mereka hayati. Pada saat mereka tumbuh semakin dewasa dan memperoleh lebih
banyak kemampuan bahasa dan memori, tampilan mental mereka tentang dunia
menjadi lebih luas dan lebih abstrak. Sementara itu, pada semua tahap
perkembangan, anak perlu memahami lingkungan mereka dan memotivasinya untuk
menyelidiki dan membangun teori-teori yang menjelaskan lingkungan itu.
3. Teori Belajar Bermakna dari David Ausubel
Suparno dan Rusman dalam Tamsayani
(2010) mengatakan bahwa Ausubel membedakan antara belajar bermakna (meaningfull learning) dengan belajar
menghafal (rote learning). Belajar
bermakna merupakan proses belajar dimana informasi baru dihubungkan dengan
struktur pengertian yang sudah dimiliki seseorang yang sedang belajar. Belajar
menghafal, diperlukan bila seseorang memperoleh informasi baru dalam
pengetahuan yang sama sekali tidak berhubungan dengan yang telah diketahuinya.
Kaitannya dengan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dalam hal mengaitkan informasi baru
dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa.
4. Teori Belajar Vigotsky
Perkembangan intelektual terjadi pada
saat individu berhadapan dengan pengalaman baru dan menantang serta ketika
mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang dimunculkan. Dalam upaya
mendapatkan pemahaman, individu berusaha mengaitkan pengetahuan baru dengan
pengetahuan awal yang telah dimilikinya kemudian kemudian membangun pengertian
baru. Ibrahim dan Nur dalam Rusman dalam Tamsayani (2010) Vigotsky meyakini
bahwa interaksi sosial dengan teman lain memacu terbentuknya ide baru dan
memperkaya perkembangan intelektual siswa. Kaitannya dengan model pembelajaran
berbasis masalah (problem based learning)
dalam hal mengaitkan informasi baru dengan struktur kognitif yang telah
dimiliki oleh siswa melalui kegiatan belajar dalam interkasi sosial dengan
teman lain.
5. Teori Belajar dari Albert Bandura
Model Pembelajaran Berbasis Masalah
juga berlandaskan pada social leraning
theory Albert Bandura, yang fokus pada pembelajaran dalam konteks sosial (social context). Teori ini menyatakan
bahwa seorang belajar dari orang lain, termasuk konsep dari belajar
observasional, imination dan modeling.
6. Teori Belajar Jerome S. Bruner
Metode penemuan merupakan metode dimana
siswa menemukan kembali, bukan menemukan yang sama sekali benar-benar baru.
Belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia,
dengan sendirinya memberikan hasil yang lebih baik, berusaha sendiri mencari
pemecahan masalah serta didukung oleh pengetahuan yang menyertainya, serta
menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna (Dahar dalam Rusman dalam
Tamsayani, 2010).
Bruner juga menggunakan konsep scaffolding dan interaksi sosial di
kelas maupun di luar kelas. Scaffolding adalah
suatu proses untuk membantu siswa menuntaskan masalah tertentu melampaui
kapasitas perkembangannya melalui bantuan guru, teman atau orang lain yang
memiliki kemampuan lebih.
Kaitan intelektual antara pembelajaran
penemuan dan belajar berbasis masalah sangat jelas. Pada kedua model ini, guru
menekankan keterlibatan siswa secara aktif, orientasi induktif lebih ditekankan
dari pada deduktif, dan siswa menentukan atau mengkonstruksi pengetahuannya
sendiri. Pada belajar berbasis masalah atau penemuan, guru mengajukan
pertanyaan atau masalah kepada siswa dan memperbolehkan siswa untuk menemukan
ide dan teori mereka sendiri.
E. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) memiliki
beberapa keunggulan dan kelemahan sebagai berikut (Amardani, 2009):
1. Keunggulan Model Pembelajan Berbasis Masalah
a. Merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi
pelajaran.
b. Dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk
menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
c. Dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
d. Dapat membantu siswa bagaimana mentranfer pengetahuan mereka
untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
e. Dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan
bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
f. Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.
g. Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir lebih kritis
dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan.
h. Dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan
pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
i. Dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus-menerus
belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
j. Dapat membentuk siswa untuk memiliki kemampuan berpikir tingkat
tinggi, yang dibarengi dengan kemampuan inovatif dan sikap kreatif akan tumbuh
dan berkembang.
k. Dengan model pembelajaran berbasis masalah, kemandirian siswa
dalam belajar akan mudah terbentuk, yang pada akhirnya akan menjadi kebiasaan
dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang ditemuinya dalam aktivitas
kehidupan nyata sehari-hari ditengah-tengah masyarakat.
2. Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
a. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai
kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka
akan merasa enggan untuk mencoba.
b. Keberhasilan model pembelajaran pembelajaran berbasis masalah
ini membutuhkan cukup waktu untuk persiapan dan pelaksanaannya.
c. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah
yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin
pelajari.
F. Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah
Menurut agus suprijono dalam Suryani
& Leo (2012:113), strategi pembelajaran berbasis masalah terdiri dari 5
fase. Fase-fase dan perilaku tersebut merupakan tindakan berpola. Pola ini
diciptakan agar hasil pembelajaran dengan pengembangan pembelajaran berbasis
masalah dapat diwujudkan.
Fase-fase
|
Perilaku
pendidik
|
Fase 1:
Memberikan
orientasi tentang permasalahannya kepada peserta didik
|
Pendidikan menyampaikan
tujuan pembelajaran, mendeskripsikan
berbagai kebutuhan logistik penting dan memotifasi peserta didik untuk
terlibat dalam kegiatan mengatasi masalah.
|
Fase 2:
Mengorganisasikan peserta didik
untuk meneliti
|
Pendidikan
membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas
belajar terkait dengan permasalahannya.
|
Fase 3:
Membantu investigasi
mandiri dan kelompok
|
Pendidikan
mendorong peserta didik untuk mendapatkan informasi yang tepat, melaksanakan
eksperimen, mencari penjelasan dan solusi.
|
Fase 4:
Mengembangkan dan
mempresen-
tasikan artefak dan exhibit
|
Pendidikan
membantu peserta didik dalam merncanakan dan menyiapkan artefak-artefak yang
tepat, seperti laporan, rekaman video, dan modelmodel serta membantu mereka
untuk menyampaikannya kepada orang lain.
|
Fase 5:
Menganalisis mengevaluasi proses
mengtasi masalah
|
Pendidik
membentuk peserta didik melakukan refleksi terhadap investigasinya dan
proses-proses yang mereka lakukan.
|
David Johnson dan Johnson dalam Suryani
dan Leo (2012:114), mengemukakan strategi pembelajaran berbasis masalah melalui
kegiatan kelompok:
1. Mendefinisikan masalah, yaitu merumuskan masalah dari peristiwa
tertentu yang mendukung isu konflik, hingga siswa menjadi jelas masalah apa
yang akan dikaji. Dalam kegiatan ini guru bisa meminta pendapat dan penjelasan
siswa tentang isu-isu hangat yang menarik untuk dipecahkan.
2. Mendiaknosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya
masalah, serta menganalisis berbagai faktor baik faktor yang menghambat maupun
faktor yang dapat mendukung dalam menyelesaikan masalah. Kegiatan ini bisa
dilakukan dalam kelompok kecil, hingga akhirnya peserta didik dapat mengurutkan
tindakan-tindakan prioritas yang dapat dilakukan sesuai dengan jenis penghambat
yang diperkirakan.
3. Merumuskan alternatif strategi, yaitu menguji setiap tindakan
yang telah dirumuskan melalui diskusi kelas. Pada tahapan ini setiap siswa
didorong untuk berpikir mengemukakan pendapat dan argumentasi tentang
kemungkinan setiap tindakan yang dapat dilakukan.
4. Menentukan dan menetapkan strategi pilihan, yaitu pengambilan
keputusan tentang strategi mana yang dapat dilakukan.
5. Melakukan evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil.
Evaluasi proses adalah evaluasi terhadap seluruh proses pelakasanaan kegiatan,
evaluasi hasil adalah evaluasi terhadap akibat dari penerapan strategi yang
diterapkan.
BAB III PENUTUP
A. Simpulan
Model pembelajaran berbasis masalah
adalah model mengajar dengan fokus pemecahan masalah yang nyata, proses dimana
peserta didik melaksanakan kerja kelompok, umpan balik, diskusi, yang dapat
berfungsi sebagai batu loncatan untuk investigasi dan penyelidikan dan laporan
akhir.
Alasan dalam penggunaan problem based learning adalah membantu
siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah, serta
menjadikan siswa berusaha berpikir kritis dan mampu mengembangkan kemampuan
analisisnya.
Karakteristik lain dari pembelajaran
berbasis masalah meliputi pengajuan pertanyaan terhadap masalah, fokus pada
keterkaitan antar disiplin, penyelidikan authentik, kerja sama, dan
menghasilkan produk atau karya yang harus dipamerkan.
teori belajar yang melandasi model
pembelajaran berbasis masalah adalah
teori belajar konstruktivisme, teori belajar dari Piaget, teori belajar
bermakna dari David Ausubel, teori belajar Vigotsky, teori belajar dari Albert
Bandura, dan teori belajar dari Jerome S. Bruner
Keunggulan model pembelajaran berbasis
masalah adalah teknik mengajar yang bagus, menantang kemampuan siswa,
meningkatkan aktivitas, membantu mentranfer pengetahuan, mengembangkan
pengetahuan barunya, lebih menyenangkan, mengaplikasikan pengetahuan siswa,
mengembangkan minat siswa untuk belajar, mengembangkan kemampuan berpikir
tingkat tinggi, dan menjadikan siswa mandiri dalam belajar.
Sementara kelemahan model pembelajaran
berbasis masalah waktu yang relatif lebih lama, siswa apabila menganggap
masalah sulit dipecahkan, mereka enggan untuk belajar, apabila siswa tidak
memahami maksud pembelajaran, maka siswa tidak akan belajar apa-apa.
Sintaks model pembelajaran berbasis
masalah ada lima fase, yaitu: Fase 1: Memberikan orientasi tentang
permasalahannya kepada peserta didik, Fase 2: Mengorganisasikan peserta didik
untuk meneliti, Fase 3: Membantu investigasi mandiri dan kelompok, Fase 4:
Mengembangkan dan mempresentasikan artefak dan exhibit, Fase 5: Menganalisis
mengevaluasi proses mengtasi masalah.
B. Saran
Semoga dengan makalah ini pembaca dapat
mengetahui dan memahami tentang 1) pengertian model pembelajan berbasis
masalah, 2) alasan menggunakan model pembelajan berbasis masalah, 3)
karakteristik model pembelajan berbasis masalah, 4) teori belajar yang
melandasi model pembelajaran berbasis masalah, 5) keunggulan dan kelemahan
model pembelajaran berbasis masalah, dan 6) sintaks pembelajaran berbasis
masalah. Saran kepada pembaca adalah pelajarilah makalah ini dengan tekun dan
juga membaca literatur lain yang relevan guna menambah pemahaman dan wawasan.
Penyusun mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun
guna memperbaiki dalam pembuatan makalah berikutnya.
DAFTAR RUJUKAN
Amardani, Firman. 2009.
Laporan Mengenai Model Pembelajaran
Berbasis Masalah. Tersedia pada: https://www.academia.edu/5690389/LAPOR
AN_MENGENAI_MODEL_PEMBELAJARAN_BERBASIS_MASALAH.
Diakses pada tanggal 18
Juni 2017.
Amir, Taufiq. 2009. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based
Learning. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
Dasna dan Sutrisno.
1996. Pembelajaran Berbasis Masalah.
Tersedia pada: http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/195704081984
031-DADANG_SUPARDAN/Pembelajaran_Berbasis_Masalah.pdf. Diakses pada tanggal 18
Juni 2017.
Enika, Wulandari. 2012.
Problem Based Learning (Pembelajaran
Berbasis Masalah). Tersedia pada: https://www.academia.edu/7367022/Problem_
Based_Learning_Pembelajaran_Berbasis_Masalah_Oleh_Enika_Wulandari
_S.Pd.Si._Pengertian_Pembelajaran_Berbasis_Masalah. Diakses pada tanggal 18
Juni 2017.
Rokhanah dan
Widyaiswara. 2007. Model Problem Based
Learning (PBL) dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Di MTs Madya.
Tersedia pada:
http://sumsel.kemenag.go.id/file/file/tulisan/wzax1335170917.pdf. Diakses pada
tanggal 18 Juni 2017.
Sa’ud, Udin Saefudin. 2010. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Suryani, Nunuk dan Leo
Agung. 2012. Strategi Belajar Mengajar.
Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Tamsayani, Wiwiek.
2010. Model Pembelajaran Berbasisi
Masalah. Tersedia pada: https://www.academia.edu/5934154/MAKALAH
_MODEL_PEMBE LAJARAN_BERBASIS_MASALAH. Diakses pada tanggal 18 Juni 2017.
Tirtarahardja, Umar dan
S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan.
Jakarta: Rineka Cipta.
Yusuf, Mudalifah. 2014. Model Pembelajaran Berbasis Masalah.
Tersedia pada: https://www.academia.edu/9115363/MODEL_PEMBELAJARAN_BERBA
SIS_MASALAH_PROBLEM_BASED_LEARNING. Diakses pada tanggal
18 Juni 2017.
Belum ada tanggapan untuk "Problem Based Learning"
Post a Comment